Minggu, 31 Mei 2015

Ruang Lingkup Metode, Serta Alat Bantu Media Dalam Pendidikan Kesehatan

RUANG LINGKUP, METODE SERTA ALAT BANTU DAN MEDIA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN
KESEHATAN MASYARAKAT



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Keberhasilan program  pendidikan kesehatan sangat besar perananya guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan kesehatan ini harus didukung oleh semua pihak terutama masyarakatnya. Program pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan tentunya menyadarkan mereka tentang pentingnya kesehatan itu sendiri. Kesehatan sendiri adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pendidikan dan perilaku kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarat , maka perlu dilakukan pendidikan ,khususnya ditujukan pada masyarakat maka dari itu penulis tertarik mengambil judul makalah “Ruang Lingkup, Metode serta Alat Bantu dan Media dalam Pendidikan Kesehatan”.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian ruang lingkup pendidikan kesehatan ?
2.      Bagaimana metode pendidikan kesehatan ?
3.      Apa yang menjadi alat bantu dan media dalam pendidikan kesehatan ?
              
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian ruang lingkup pendidikan kesehatan.
2.      Untuk mengetahui metode pendidikan kesehatan.
3.      Untuk mengetahui alat bantu dan media dalam pendidikan kesehatan.







BAB II
PEMBAHASAN

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi kesehatan antara lain dimensi sasaran, dimensi tempat pelaksanaan dan dimensi tempat pelayanan.
Dimensi sasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
Dimensi tempat pelaksanaan, artinya beda tempat beda pula sasarannya, contohnya, pendidikan kesehatan di sekolah yang sasarannya adalah murid sekolah tersebut, pendidikan kesehatan di rumah sakit sasaranya adalah pasien atau keluarga pasien, pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja sasarannya adalah buruh atau karyawan yang bersangkutan.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan menurut Leavel dan Clark dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) yaitu :
1.      Health promotion (peningkatan kesehatan), peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain: pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamatan tumbuh kembang anak, pengadaan rumah sehat, konsultasi perkawinan, pendidikan sex, pengendalian lingkungan, program P2M, stimulasi dan bimbingan dini, program kesehatan lingkungan dan penyuluhan untuk suatu pencegahan penyakit.
2.      General and specific protection (perlindungan umum dan khusus) yaitu perlindungan umum atau khusus adalah usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan kepada seseorang maupun masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut antara lain: imunisasi dan hygiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, perlindungan diri dari dari lingkungan, kesehatan kerja, perlindungan diri dari karsinogen, toksin dan allergen dan pengendalian sumber-sumber pencemaran dan lain-lain.
3.      Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat), usaha ini dilakukan karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, sehingga sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi, bentuk usaha tersebut antara lain: penemuan kasus secara dini, pemeriksaan umum lengkap, pemeriksaan masal, survey terhadap kontak, sekolah, dan rumah serta penanganan kasus.
4.      Disability limitation (pembatasan kecacatan) merupakan bentuk pendidikan kesehatan yang terdiri dari penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita dan sebagainya.
5.      Rehabilitation (rehabilitasi) pendidikan kesehatan pada tahap ini diperlukan agar seseorang yang sembuh dari suatu penyakit tertentu tetapi mengalami suatu kecacatan dapat masyarakat dapat menerima dia kembali sebagai anggota masyarakat yang normal tanpa membedakan perlakuannya.
2.      Metode pendidikan kesehatan
Metode pendidikan kesehatan meliputi:
1.      Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a.       Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu :
1.      Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2.      Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
3.      Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b.      Interview (wawancara)
1.      Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2.      Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.


2.      Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
a.       Kelompok besar
1.      Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2.      Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b.      Kelompok kecil
1.      Diskusi kelompok
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
2.      Curah pendapat (Brain Storming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3.      Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4.      Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
5.      Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6.      Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
3.      Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa, contoh :
a.       Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b.      Pidato-pidato
Diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

c.       Simulasi
Dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.
d.      Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)
e.       Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
f.       Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
3.         Alat Bantu (Peraga)
Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman / pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang. Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan / pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.
Dalam rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumer juga dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk ini petugas kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
a.       Faedah Alat Bantu Pendidikan
Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
1.      Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2.      Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3.      Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4.      Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
5.      Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6.      Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
7.      Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik / pelaku pendidikan.
8.      Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera.
            Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh / disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain. .
1.      Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatu  yang memang diperlukan akan menimbulkan perhatiaannya. Dan apa yang  dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian baru baginya yang  merupakan pendorong untuk melakukan / memakai sesuatu yang baru tersebut.
2.      Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa.Untuk mengatasi hal tersebut, AVA akan membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diterima oleh manusia sehingga apa yang diterima akan lebih lama tinggal / disimpan didalam ingatan.
b.      Macam-Macam Alat bantu Pendidikan
Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga):
1.      Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
                                                                                      i.      Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.
                                                                                    ii.       Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
ü  2 dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
ü  3 dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2.      Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3.      Alat Bantu Lihat-Dengar
Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).




BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi kesehatan antara lain dimensi sasaran, dimensi tempat pelaksanaan dan dimensi tempat pelayanan.
Dimensi sasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

B.        Saran
Diharapkan pendidikan masyarakat ini dapat bermanfaat baik bagi induvidual, kelompok dan juga masyarakat. Serta mereka semua dapat berperan aktif untuk meningkatkan pendidikan kesehatan ini.

















DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/peran-dan-ruang-lingkup-pendidikan.html#ixzz2wOPIygxO
Adimphrana, Kwarta. 2008. Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis TIK. Diakses tanggal 1 Desember 2009 dari http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?id=85 Akbar, Mugi.2009. Dampak Teknologi Komputerisasi Bagi Warga Sekolah. Diakses tanggal 1 Desember 2009 dari http://mugiakbar.blog.upi.edu/2009/06/25/tugas-1/ Astuti, Palupi Panca. 2009. Internet dan Kebutuhan Sumber Belajar Alternatif. diakses tanggal 13 September 2009 dari http://www.maindexchange.com/index.php?option=com.content& task=view&id=41&Itemid=39 Goeroendeso. 2009. Peranan Media Pembelajaran. Diakses tanggal 1 Desember 2009 dari http://goeroendeso.wordpress.com/2009/ 02/07/peranan-media-pembelajaran/ Hamid, Abdul. 2009. Pembelajaran Melalui Pakem. Diakses tanggal 1 Desember 2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar